Sealanjutnya narasumber membahas pertanyaan peserta, diantaranya:
1.Apakah seri atau jenis pentigraf bisa dijadikan buku Antologi? Kalau bisa sebaiknya outlinenya seperti apa.
jawab:
Pentigraf sangat bisa dijadikan antologi. Dengan catatan mengangkat satu tema besar atau kalaupun terpaksa beberapa tema, bisa menggunakan tema-tema sejenis. Untuk outline sama seperti pada penulisan cerita fiksi umumnya, yaitu memuat tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang.
2.Anita, dari Bekasi
1. Waktu sekolah, saya pernah mencoba mengirim naskah cerpen ke sebuah majalah remaja khusus cerpen, dan ditolak dengan alasan terlalu didramatisir. Maksudnya apa ya, dan contohnya seperti apa?
Padahal cerpen itu berdasarkan kisah nyata.
2. Dalam menulis cerita anak, bagaimana agar tidak terbawa cerita yang selama ini sudah kita dengar atau baca?
jawab:
1. Saya melihatnya konflik yang Ibu tulis terlalu berlebihan, sehingga justru membuat cerpen seperti tidak sesuai dengan kenyataan/riil;
2. Sejatinya tema cerita anak adalah abadi. Sampai kapan pun temanya akan begitu-begitu saja. Lantas apa yang membedakannya? Cara penyajiannya. Bagaimana menyajikan secara beda? Teruslah menulis cerita anak sampai akhirnya akan menemukan gaya penulisan sendiri yang beda dengan penulis lainnya.
3. Reni dari Bantaeng Sulsel.
Terus terang saya suka menulis cerita fiksi. Akan tetapi sampai saat ini saya masih sering kesulitan dalam menentukan konflik dalam sebuah cerita.
1. Bagaimana caranya agar dapat menentukan konflik dalam cerita?
2. Kiat-kiat apa yang harus saya tempuh agar cerita yang saya buat tidak terkesan mengambang?
3. Boleh tidak saya digabungkan dalam komunitas penulis fiksi, pak?
jawab:
1. Menentukan konflik dasarnya adalah pengembangan alur/plot yang kita tulis. Tanpa adanya alur/plot yang kuat tentu konflik akan kurang nendanh. Langkah lain yaitu dengan membangun jalinan cerita yang rapi sejak awal. Tentu membutuhkan banyak referensi lagi tentang konflik internal dan eksternal tokoh.
2. Agar cerita tidak mengambang, upayakan ending adalah jawaban dari cerita secara keseluruhan. Selesai menulis, tanya pada diri apakah ending sudah menjawab tujuan tokoh utama? Jika sudah, berarti tidak mengambang lagi.
3. Sudah bubar komunitasnya,
4. ibu Soleh Setiyowati dari Banyumas, Jateng.
Bagaimana bahasa yg dipakai dalam penulisan buku fiksi? Apakah harus menggunakan bahasa berkias dan majas. Jika untuk penulis pemula lebih banyak menggunakan kata bermakna denotatif apakah boleh...?
jawab:
Apakah harus menggunakan bahasa berkias dan majas? Jawabannya tidak, Bu. Kecuali untuk puisi. Bahasa dalam cerita fiksi lebih memberikan kebebasan kepada penulisnya untuk mengeksplorasi kata demi kata menjadi kalimat utuh. Kunci penggunaan bahasa dalam menulis cerita fiksi adalah sesuai dengan genre tulisan yang kita tulis.
5.. Aam Nurhasanah, Lebak Banten. Besan,
1. Tolong ajarkan satu kutipan dialog percakapan langsung, dan satu kutipan dialog tak langsung. Karena untuk fiksi, jika ada percakapan, harus menggunakan alinea baru kan yah? Mohon pencerahan besan..
2.Mohon beri satu link blog besan saat jadi peserta dahulu di gelombang 16. Bagaimana cara besan dapat ide menulis resume dengan gaya cerpen?
jawab:
1. Betul. Untuk cerita fiksi memang seyogyanya percakapan adalah alinea baru. Namun, bisa saja digabung menjadi satu alinea dengan kalimat lainnya.
Kutipan dialog langsung contohnya:
"Dia tidak mencintaiku! " teriak Budi sambil menggebrak meja.
Kutipan dialog tak langsung:
Dia tidak mencintaiku, begitu kata Budi padaku.
2. Menulis ide dengan gaya cerpen, tepatnya cerita anak datang begitu saja. Berawal dari ingin tampil beda eh ternyata keasyikan dan keterusan. Selengkapnya bisa cek di sini, Besan --> https://bianglalakata.wordpress.com/2020/11/16/pahlawan-literasi-tulisan-dari-catatan/
6 Umi Agus Farida Marabahan Batola provinsi Kalimantan Selatan
apa semua jenis fiksi mudah dibukukan, dan bagaimana pemasaran buku fiksi itu,
2.apa syarat masuk komunitas fiksi, bisakah saya masuk komunitas fiksi
jawab:
1. Pada dasarnya semua hal tidak ada yang sulit. Yang membuat tidak mudah itu adalah tidak ada niat kita menjadikannya mudah. Terkait pemasaran saya rasa masing-masing buku sudah memiliki takdirnya masing-masing. Pemasaran buku fiksi pada dasarnya sama saja dengan buku nonfiksi. Tergantung pada upaya keras dilandasi kreativitas kita untuk memasarkannya kalau diterbitkan secara indi. Beda halnya kalau di penerbit mayor seperti beberapa buku saya, Alhamdulillah pemasaran juga bagus karena penerbitan disesuaikan dengan selera pasar.
2. Terkait komunitas fiksi, dulu saya bergabung tapi sekarang komunitasnya sudah mati suri. Bergabung dengan komunitas fiksi tentu syaratnya adalah mau menulis fiksi.
7. Sri Sugiastuti Pak saya paling sulit menghadirkan sosok antagonis dalam sebuah fiksi. Apakah ada kiatnya?.
jawab:
Cara mudah menghadirkannya adalah dengan membayangkan seseorang yang sangat tidak kita sukai. Dari situ kembangkan tokoh tersebut menjadi tokoh yang berlawanan dengan tokoh utama. Kalau tokoh utama kita pilih yang jahat, cara menghadirkan antagonis ya cari seseorang yang sangat kita sukai.
diakhir tanya jawab beliau memberi closing:
closing statement atau . Siap- siap yang ingin menjadi kurator buku Antologi jenis fiksi bisa japri Bu Kanjeng
No comments:
Post a Comment