Followers

Monday, May 10, 2021

LANGKAH PENGEDITAN DAN PROOREADING


Pelatihan menulis hari Jumat 7 Mei nara sumbernya adalah Pak Susanto yang akrab disapa dengan Pak.D. Pak D ini merupakan  alumni Belajar menulis gelombang 15 dan guru di SDN Mardiharjo di Kab.Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.

Pak D menceritakan tentang Proofreading. Intinya Proofreading adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan.

Kegiatan ini sesungguhnya adalah kegiatan akhir setelah tulisan selesai

 Hal itu sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: tulis saja jangan perdulikan teknis. Salah nggak papa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah kita lakukan editing.


 Para guru blogger yang tergabung di komunitas menulis (termasuk kita di kelas menulis Omjay) biasanya “berlomba-lomba” untuk segera menerbitkan tulisan. Apalagi jika ada challenge seperti yang dimiliki oleh beberapa komunitas menulis. Maklum, sih. Jam “D” jatuh tempo penyetoran naskah kadang menjadi pertimbangan agar naskah segera dipublikasikan di blog kesayangan.

 Belum lagi jika ada reward bagi penulis resume tercepat 

 Nah, maksud hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya. Sayang, ya?

 Oleh karena itu, proofreading sangat penting. Ketimbang kita "menyewa" proofreader, lebih baik kita lakukan sendiri, 'kan?

 Apa bedanya dengan mengedit?


Mengedit dan mengoreksi adalah langkah berbeda dalam proses merevisi teks. Pengeditan dapat melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, tetapi proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi.

Cerita pengalaman  pak D ketika mengedit naskah antologi Bapak dan Ibu

 Ada tulisan yang sudah bagus, uraian sesuai tema, struktur bahasanya bagus, kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, saya hanya melakukan proofreading pada tulisan tersebut. Misalnya kesalahan meletakkan tanda koma atau tanda baca lainnya.

Namun tulisan yang masih "kacau" dari segi struktur, misalnya karena kalimatnya berupa kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekalai kalimat tunggal, biasanya saya lakukan proses editing.

 Menurut "penerbitdeepublish" ada  beberap langkah dalam melakukan pengeditan dan proofreading.


1. Pengeditan Konten

2. Pengeditan Baris

3. Menyalin Pengeditan

4. Proofreading

 Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian adalah langkah pertama.

 Merevisi penggunaan bahasa untuk mengomunikasikan cerita, ide, atau argumen seefektif mungkin. Ini mungkin melibatkan perubahan kata, frasa dan kalimat serta penyusunan ulang paragraf untuk meningkatkan aliran teks. Adalah langkah kedua.

Memoles kalimat individual untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Salinan dari editor tidak mengubah konten teks, tetapi jika kalimat atau paragraf ambigu atau canggung, mereka dapat bekerja dengan penulis untuk memperbaikinya.. Ini adalah langkah ketiga

Yang keempat adalah Proofreading:

1.  Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya

penerbit

2.  Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI

3.  Konsistensi nama dan ketentuan

4.  Perhatikan judul bab dan penomorannya

 Melakukan proofreading sesungguhnya kita akan bertindak sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya tulis Anda sudah bisa

dimengerti atau justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya Anda bisa lebih mudah dipahami pembaca.

Memperlakukan tulisan sebelum diterbitkan (dipublikasikan) di blog.

Kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata. Meskipun blog itu milik pribadi dan bebas, pembaca Anda juga harus diperhatikan. Tidak ada kesalahan penulisan (typo) akan membuat pembaca nyaman.

 Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya. Cara mudah untuk memeriksanya (yang saya lakukan) adalah menekan tombol CTRL bersamaan dengan tombol huruf F (CTRL+F). Lalu, ketikkan tanda koma. Maka akan muncul highlight teks dengan warna kuning. 


Setelah itu kita periksa apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma. Hal yang sama lakukan pada tanda baca lainnya. Jika hal ini kita lakukan maka pos blog menjadi bersih dari kesalahan pengetikan.

Kesalahan kecil lainnya yang biasa dilakukan adalah penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan. Saya pribadi selalu “terganggu” jika kesalahan kecil ini ada dalam tulisan. Oleh karena itu perlu sedikit keterampilan untuk membedakan keduanya.


Jika kata yang mengikuti di adalah verba atau kata kerja maka ditulis serangkai dan kata itu ada bentuk aktifnya yaitu jika diberi imbuhan me-. 


Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku (kan suka-suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan-aturan yang dicontohkan. 


Sealanjutnya Pak D memberiakan contoh:

Pada saat jam istirahat mengajar ada beberapa guru bercengkerama sambil minum teh yang disiapkan oleh petugas kantin yang biasa setiap hari menyajikan minuman bagi guru didalam ruang guru pada masing masing meja guru tersebut.

 Kalimat itu terdiri dari 34 kata

Banyak kata maksimal yang disarankan (misalnya oleh YOAS SEO) adalah 20 kata.

Maka kalimat tersbut perlu diedit kembali.

Pada saat jam istirahat mengajar ada beberapa guru bercengkerama. Mereka bercengkerama sambil minum teh yang disiapkan oleh petugas kantin yang biasa setiap hari menyajikan minuman bagi guru di dalam ruang guru.

 Kalimat kedua sebenanrnya juga masih bisa diperpendek dengan membuang frasa di salam ruang guru

alat untuk melakukan proofreading (versi nara sumber): 1. puebi daring; 2. kbbi daring


Kemudian di sesi tanya jawab  nara sumber  Bapak susanto membagi ilmuanaya kembali, inilah contoh tanya jawab tersebut:

1. apakah perbedaan proofreading masa dulu dan sekarang pak. 2.Apakah syarat proofreading tiap penerbit berbeda Pak. 3.Apakah boleh menjadi editor buku sendiri 


jawab:

1. Menurut nara sumber tidak ada bedanya, hanya pada masa dulu ( he he ya nggak dulu banget ya) pedomannya EYD. Nah untuk masa kini, karena sudah ada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) ya kita gunakan PUEBI untuk memeriksa tlisan kita

: 2. Nah untuk ini yang berhak menjawab penerbit ya . pengetahuan beliau, pada penerbit mayor proofreading melibatkan pekerjaan asisten editorial. Pemimpin redaksi menjelaskan bahwa kontribusi peninjau terhadap pemeriksaan naskah adalah bahwa

suatu kata atau kalimat yang tidak masuk akal, karena menulis dan menerjemahkan itu tidak pantas. Pada saat itu, naskah dikembalikan ke penerbit untuk memperbaikinya.

Sehingga tidak heran jika titik koma dan huruf besar-kecil menjadi tanggung jawab proofreader, karena editor internal tidak selalu berurusan dengan teks, tetapi juga berurusan dengan proposal untuk konsep periklanan, menemukan penulis untuk komunikasi, menyiapkan SPK untuk penerusan kepada pihak keuangan, Percakapan dengan desainer yang dibutuhkan …

 3. Sebelum disetorkan ke penerbit, penulis adalah EDITOR PERTAMA. Dalam praktiknya, editr mestinya orang lain. Ingat ya, orang lain itu seperti kita, mampu melihat kuman yang berada di seberang lautan, sementara gajah yang gede di pelupuk mata tidak kelihatan.


2  Tuti Suryati dari Subang

Apakah proofreading itu boleh dilakukan oleh orang lain? Karena sepengetahuan saya, proofreading biasanya dilakukan oleh penulis sendiri. Jika memang ada proofreader (orang lain), apakah itu berbayar atau sama tugasnya dengan editor?

 Penulis adalah EDITOR PERTAMA sekaligus PROOFREADER PERTAMA

Jika memang ada proofreader (orang lain), apakah itu berbayar atau sama tugasnya dengan editor?

pertanyaan ini bisa dijawab di  https://yoriyuliandra.com/site/2019/07/11/pengalaman-menggunakan-proofreading-online-berbayar/

Saat ini sudah ada dan banyak tenaga penyedia jasa proofreading. Ada yang menjadi in-house proofreader untuk perusahaan penerbitan, ada juga yang memilih untuk menjadi freelance proofreader.


 Masalah nominal (berapa angkanya?) relatif bu. Untuk Komunitas seperti kita saling membantu dan mengasah kemampuan tentu tidak akan seperti jasa proofreader profesional. 



3. dari  Syafrina  dari Padang 

 Biasanya kita menulis dalam kalimat ditargetkan misalnya 1000 kata. jadi karena kehilangan ide, agar menulisnya tetap 1000 kata tapi di kelok-kelok kan kalimatnya. 

Bagaimana cara jika tulisan kurang dari target bisa si proofeading sesuai ketentuan?

jawab

Kalau saya, saya bertindak sebagai pembaca. Bosan tidak pembaca jika kata ganti terus, sementara kata yang dirujuk ada pada awal?

Banyaknya kal majemuk berapa? Saya pikir proporsional saja sesuai dengan ide pokok dalam paragraf itu. (Nah ini udah masuk teknik penulisan du liar bahasan saya)

Berapa jumlah maksimal kata ganti dalam 1 paragraf?

 Oleh karna itu jika menceritakan seseorang berganti-ganti mengunakan nama, sapaan, kata ganti menurut saya itu lebih bijaksana.


4. Tulisan harus 1000 kata..

Yang kita buat sudah lebih..

Tapi karena edit jadi kurang dari 1000 kata.

Apakah proofreator bisa melengkapi menjadi 1000 kata juga ?


jawab:

 Tidak. Ibu sendiri sebagai pemegang hak cipta karya tersebut yang melengkapinya. Meminta Proofreader melengkapi nambahin kerjaan 

Tapi, Jika memangkas malah kadang bisa ya, terutama jika kalimatnya tidak efektif?

 Namun perlu diingat, editor maupun proofreader tidak bisa lepas begitu saja dari sang penulis. Misalnya seperti saya tadi bertanya: Ini maksudnya apa? Komunikasi antara keduanya tetap diperlukan agar tulisan tidak berubah makna atau maksud tujuannya.


5  Maesaroh dari Lebak

Setelah mendengarkan paparan pak D, saya jadi tau bahwa ada aturan maksimal dalam menulis sebuah kalimat. Yaitu menurut YAOS SEO maksimal harus terildiri 20 kata. Saya terbiasa menulis kalimat terlalu panjang, kira2 adakah tehnik husus dalam memoles kalimat panjang menjadi namun tetap memiliki makna yang jelas?


Jawab

Saya  ( pak D) terbiasa menulis kalimat terlalu panjang, kira2 adakah tehnik husus dalam memoles kalimat panjang menjadi namun tetap memiliki makna yang jelas?

Pangkas menjadi kalimat yang lebih pendek, inipernah ditulis di blog:

https://blogsusanto.com/2020/10/17/kalimatmu-kepanjangan/

Pangkas aja! Jadi, jangan dipoles!

Beberapa kalimat pendek jauh lebih mudah dibaca, ketimbang membaca kalimat yang sangat panjang. Menggunakan kalimat pendek membuat subjek tetap jelas. Hal itu  memungkinkan pembaca tulisan kita menyerap informasi dengan jelas juga.

Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku (kan suka-suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan-aturan yang dicontohkan. Kita hrus cinta Bahasa Indonesia


KIAT MENULIS CERITA FIKSI



Pelatihan menulis dengan Om Jay pertemuan ke-13 gelimbang 18 pada hari Senin 3 Mei 2021 dimualai pukul 13.00 WIB.

Pertemuan ini dihadirkan nara sumber Bapak Sudomi,S.Pt sebsagai nara sumber yang memberikan tema menulis cerita fiksi.

Minggu kemarin saya terkendala sinyal yang kuarang baik. Hal ini mengakibatkan untuk membuka audio dari terusan Om Jay sebagai nara hubung dengan nara sumber loading terus. Dikarenakan kesibukan pula yang pada akhirnya resume tertunda.

Bapak Sudomo sebagai guru IPA tetapi beliau suka menulis fiksi. Bapak Sudomo ingin keluar dari zona aman sehingga beliau ikut belajar menulis di gelombang 16. dan terus masuk ke dunia menulis fiksi.
ketika melaksanakan tugas meresume aapak Sudomo mengerjakannya dalam bentuk fiksi. Beliau mulai menulis fiksi dari tahun 2011 yang bermula dari komunitas yang menggemari menulis fiksi sampai akhirnya beliau keterusan membuat fiksi.

selain otodidak dengan komunitas juga sharing, membuat buku antologi, dan mengikuti pelatiahan sampai akhirnya bethasil membuat buku solo yang bertemakan ibu. dan tahun 17 membuat cerpen duet dengan ibu Iis. dan tahun 2018 beliau membelokan penulisannya dengan menekuni genre baru dengan menulis cerita anak yang berhasil di cetak di gramedia.

Sealanjutnaya Bapak Sudiomo memberikan kiat menulis fiksi sbb:


























Sealanjutnya narasumber membahas pertanyaan peserta, diantaranya:

1.Apakah seri atau   jenis pentigraf bisa dijadikan buku  Antologi? Kalau bisa sebaiknya outlinenya seperti apa. 

jawab:

Pentigraf sangat bisa dijadikan antologi. Dengan catatan mengangkat satu tema besar atau kalaupun terpaksa beberapa tema, bisa menggunakan tema-tema sejenis. Untuk outline sama seperti pada penulisan cerita fiksi umumnya, yaitu memuat tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang.


2.Anita, dari Bekasi

1. Waktu sekolah, saya pernah mencoba mengirim naskah cerpen ke sebuah majalah remaja khusus cerpen, dan ditolak dengan alasan terlalu didramatisir. Maksudnya apa ya, dan contohnya seperti apa?

Padahal cerpen itu berdasarkan kisah nyata.

2. Dalam menulis cerita anak, bagaimana agar tidak terbawa cerita yang selama ini sudah kita dengar atau baca?


jawab:

1. Saya melihatnya konflik yang Ibu tulis terlalu berlebihan, sehingga justru membuat cerpen seperti tidak sesuai dengan kenyataan/riil;

2. Sejatinya tema cerita anak adalah abadi. Sampai kapan pun temanya akan begitu-begitu saja. Lantas apa yang membedakannya? Cara penyajiannya. Bagaimana menyajikan secara beda? Teruslah menulis cerita anak sampai akhirnya akan menemukan gaya penulisan sendiri yang beda dengan penulis lainnya.

3.  Reni dari Bantaeng Sulsel. 

Terus terang saya suka menulis cerita fiksi. Akan tetapi sampai saat ini saya masih sering kesulitan dalam menentukan konflik dalam sebuah cerita. 

1. Bagaimana caranya agar dapat menentukan konflik dalam cerita?

2. Kiat-kiat apa yang harus saya tempuh agar cerita yang saya buat tidak terkesan mengambang?

3. Boleh tidak saya digabungkan dalam komunitas penulis fiksi, pak?


jawab:

1. Menentukan konflik dasarnya adalah pengembangan alur/plot yang kita tulis. Tanpa adanya alur/plot yang kuat tentu konflik akan kurang nendanh. Langkah lain yaitu dengan membangun jalinan cerita yang rapi sejak awal. Tentu membutuhkan banyak referensi lagi tentang konflik internal dan eksternal tokoh.

2. Agar cerita tidak mengambang, upayakan ending adalah jawaban dari cerita secara keseluruhan. Selesai menulis, tanya pada diri apakah ending sudah menjawab tujuan tokoh utama? Jika sudah, berarti tidak mengambang lagi. 

3. Sudah bubar komunitasnya, 



4. ibu Soleh Setiyowati dari Banyumas, Jateng. 

 Bagaimana bahasa yg dipakai dalam penulisan buku fiksi? Apakah harus menggunakan bahasa berkias dan majas. Jika untuk penulis pemula lebih banyak menggunakan kata bermakna denotatif apakah boleh...? 

jawab:

 Apakah harus menggunakan bahasa berkias dan majas? Jawabannya tidak, Bu. Kecuali untuk puisi. Bahasa dalam cerita fiksi lebih memberikan kebebasan kepada penulisnya untuk mengeksplorasi kata demi kata menjadi kalimat utuh. Kunci penggunaan bahasa dalam menulis cerita fiksi adalah sesuai dengan genre tulisan yang kita tulis.



5.. Aam Nurhasanah, Lebak Banten. Besan,

1. Tolong ajarkan satu kutipan dialog percakapan langsung, dan satu kutipan dialog tak langsung. Karena untuk fiksi, jika ada percakapan, harus menggunakan alinea baru kan yah? Mohon pencerahan besan..


2.Mohon beri satu link blog besan saat jadi peserta dahulu di gelombang 16. Bagaimana cara besan dapat ide menulis resume dengan gaya cerpen?


jawab:

1. Betul. Untuk cerita fiksi memang seyogyanya percakapan adalah alinea baru. Namun, bisa saja digabung menjadi satu alinea dengan kalimat lainnya. 


Kutipan dialog langsung contohnya:

"Dia tidak mencintaiku! " teriak Budi sambil menggebrak meja. 


Kutipan dialog tak langsung:

Dia tidak mencintaiku, begitu kata Budi padaku. 


2. Menulis ide dengan gaya cerpen, tepatnya cerita anak datang begitu saja. Berawal dari ingin tampil beda eh ternyata keasyikan dan keterusan. Selengkapnya bisa cek di sini, Besan --> https://bianglalakata.wordpress.com/2020/11/16/pahlawan-literasi-tulisan-dari-catatan/


6 Umi Agus Farida Marabahan Batola provinsi Kalimantan Selatan 

 apa semua jenis fiksi mudah dibukukan, dan bagaimana pemasaran buku fiksi itu,

2.apa syarat masuk komunitas fiksi, bisakah saya masuk komunitas fiksi


jawab:

1. Pada dasarnya semua hal tidak ada yang sulit. Yang membuat tidak mudah itu adalah tidak ada niat kita menjadikannya mudah. Terkait pemasaran saya rasa masing-masing buku sudah memiliki takdirnya masing-masing. Pemasaran buku fiksi pada dasarnya sama saja dengan buku nonfiksi. Tergantung pada upaya keras dilandasi kreativitas kita untuk memasarkannya kalau diterbitkan secara indi. Beda halnya kalau di penerbit mayor seperti beberapa buku saya, Alhamdulillah pemasaran juga bagus karena penerbitan disesuaikan dengan selera pasar. 

2. Terkait komunitas fiksi, dulu saya bergabung tapi sekarang komunitasnya sudah mati suri. Bergabung dengan komunitas fiksi tentu syaratnya adalah mau menulis fiksi.



7. Sri Sugiastuti  Pak saya paling sulit menghadirkan sosok antagonis dalam sebuah fiksi. Apakah ada kiatnya?.


jawab:

Cara mudah menghadirkannya adalah dengan membayangkan seseorang yang sangat tidak kita sukai. Dari situ kembangkan tokoh tersebut menjadi tokoh yang berlawanan dengan tokoh utama. Kalau tokoh utama kita pilih yang jahat, cara menghadirkan antagonis ya cari seseorang yang sangat kita sukai. 



diakhir tanya jawab beliau memberi closing:

 closing statement atau . Siap- siap yang ingin menjadi kurator buku Antologi jenis fiksi bisa japri Bu  Kanjeng














Sunday, May 2, 2021

MENULIS UNTUK PENERBIT MAYOR

 



Pelatihan menulis  yang diselenggarakan Jumat 30 April 2021 menyuguhaakan tema penerbit mayor yang disampaikan oleh Bapak Joko Irawan Mumpuni sebagai nara sumber








Kalau kita bisa menulis ke penerbit mayor adalah salah satu kesuksesan bagi seorang penulis.
Bagaimana supaya tulisan kita bisa tembus pada penerbit mayor tentunya harus sesuai dengan kriteria penerbit mayor tersebut.




Bagi penulis harus memilih mau membuat buku dengan kategori yang mana. Untuk lebih paham kita lihat bagan berikut:





Penerbit Andi itu menerima naskah-naskah yang akan laku di pasaran. Kita lihat ekosistem penerbitan yang disederhanakan berikut:



proses naskah menjadi buku:

penulis punya naskah langkahnya
1. mengirimkan naskah ke penerbit untuk dinilai
  apakah naskah ini bisa menguntungkan buat penerbit, kalau iya diterima, kalau enggak maka akan    ditolak.
Jika diterima maka penerbit akan mengirimkan surat untuk meminta mengirimkan naskah lengkap  berupa sof copy dan mengisi surat perjanjian

2. setelah naskah diterima maka penerbita kakan melakukan pengeditan, dan penyetingan
editorial dan penyetingan adalah ranah penerbit. ajadi penulis tidak usah hawatir kalau penulis gak bisa menyeting
3. dibuat cover dan buat gami yaitu satu buku untuk dibuat pro yaitu pengeditan akhir oleh penulis


memilih penerbit yang baik
1. lihat jaringan pemasaran yang nasional
2. jujur dalam pembayaran royalti


Kita sebagai penulis juga harus  mewaspadai penerbit, karena ada penerbit yang hanya menjadi broker, yaitu mengumpulkan naskah dan menyerahkan lagi ke penerbit lain


setelah tulisannya diterima oleh penerbit mayor?



sistem penilaian di penerbitan:
ternyata editorial hanya 10%
peluang potensi pasar 50 sampai 100%




sistem penerbitan yang diterbaitkan :



tema popoler adalah tema yang sedang ngetrend saat ini, apalagi yang ngetrend janka panjang. naska akan di tes dengan google trend

STRUKTUR ISBN

 






Edi S. Mulyanta

Semoga pengalaman Bapak Edi di dunia penerbitan dan penulisan buku dapat memberikan  informasi pengetahun kepadakita semua apara pembaca.

Sebelum Pak edi  bergabung di Penerbit Andi, beliau adalah penulis lepas yang hidup memang dari menulis buku. Sudah nyaris 20 tahun Pak edi ini  menangani penerbitan di Penerbit Andi.

Hampir 1 tahun ini, ada pengalaman di penerbitan yang tidak beliau jumpai pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu adanya pandemi yang luar biasa mengubah perputaran bisnis di semua bidang termasuk penerbit buku seperti industri kami saat ini

 Baru bulan Maret 2021, kegiatan penerbitan yang dikelolanya dapat dikatakan sudah kembali berjalan normal seperti biasa. Akan tetapi tantangan yang telah ditimbulkan akibat pandemi tidak mudah dapat dilalui dan selesaikan dalam waktu dekat.

Dunia penerbitan saat ini baik itu penerbit mayor maupun penerbit menghadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan kehidupan usaha yang lain sekarang di masa pandemi yang belum tahu kapan pasti berakhir.

Dunia penerbitan saat ini baik itu penerbit mayor maupun penerbit menghadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan kehidupan usaha yang lain sekarang di masa pandemi yang belum tahu kapan pasti berakhir.

Dunia penerbitan baik penerbit mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, dan terbesit idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda.

 Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit.

Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah pasar toko buku yang paling utama di samping tentunya pasar di luar toko buku yang tidak dapat kita ke sampingkan juga. Toko buku inilah yang menjadi soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas dalam dunia penerbitan.

Di Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, sudah dijelaskan dengan gamblang tentang sistem perbukuan di Indonesia

 Sistem Perbukuan adalah tata kelola perbukuan yang dapat  dipertanggungjawabkan  dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku.

Saat ini yang bermasalah adalah dalam tahap pendistribusian materi yang telah kami proses untuk dapat meningkatkan literasi baca di Indonesia.

 Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya Demikian arti makna menurut UU No 3 - 2017

Tugas penerbit adalah mendapatkan -Naskah- yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

Bapak ibu para pembaca perlu juga mengetahui definisi ^naskah buku^ dan ^buku^yang telah dijelaskan dengan gamlang pula di UU Perbukuan ini.

Tugas penulis adalah menghasilkan Naskah Buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit.

Penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.

 Berikut definisi Buku menurut UU Perbukuan

Buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala.

Ke depan baik itu penerbit buku Mayor maupun Minor dapat berperan saling melengkapi dalam memenuhi amanat undang-undang ini.

 Buku merupakan luaran atau outcome yang diakui oleh Undang-undang sebagai syarat dalam memenuhi kewajiban baik itu Guru, Dosen, maupun tenaga-tenaga di Pemerintahan.

 Beberapa Undang-undang yang memperkuat posisi buku ada di UU 12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2 ….Hasil Penelitian wajib disebarluaskan…. dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN)

 PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2 Publikasi Buku ber ISBN

Berikut manfaat ISBN menurut Perpustakaan Nasional yang mempunyai hak untuk mengeluarkan nomor tersebut



Karena begitu pentingnya luaran atau outcomes dari beberapa profesi pendidik, sehingga tumbuh subur pula penerbit2 yang menyalurkan hasil pemikiran penulis dalam bentuk buku yang ber ISBN.

Penerbit di Indonesia telah diwadahi pemerintah dalam organisasi IKAPI, sehingga bapak dan ibu yang akan menerbitkan buku, sebaiknya menggunakan saluran tersebut yang telah diakui oleh pemerintah.


Setiap penerbit diberi nomor tanda keanggotaan IKAPI

 Setiap penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertenu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya.

 Skala produksi ini hanya menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number.



 inilah struktur ISBN sebagai penanda Perpusnas dalam mendistribusikan nomor buku secara individual

 Karena hal itulah kemudian muncul istilah penerbit mayor dan penerbit minor, hanya karena masalah skala produksi saja.. visi dan misi penerbitan semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada sisi idealisme di dalamnya.

 Aturan pemerintah, terkadang bergerak mengikuti dinamika masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja.

 Bahkan di luaran Pendidikan Tinggi, jelas mensyaratkan untuk mendapatkan nilai angka kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala nasional (minimal 3 propinsi kantor pemasaran).

Hal ini lah yang semakin menegaskan garis yang jelas penerbit mayor dan minor, hanya karena skala penjualannya.

Hal ini tentunya ke depan akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital.

Saya saat ini juga sedang mengembangkan penerbitan digital di perusahaan kami, untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata terlihat arahnya ke depan.

Kita dapat melihat percontohan buku digital dan proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id

Ini adalah proyek percontohan pengembangan buku digital dari penerbit beliau dan proses pemasarannya

Silakan mencoba bertransaksi buku digital, supaya kita tidak ketinggalan jaman, karena buku digital ini akan menyatukan mindset penerbit mayor maupun minor, sehingga tidak ada lagi dikotomi hal tersebut. Yang ada adalah penerbit dengan kekhasan visi dan misi masing-masing, saling mengisi untuk meningkatkan literasi bangsa ini.

 Penerbit kami saat ini sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini.

Dengan berlakunya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Penerbit tentunya gamang dengan keadaan seperti ini, mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses menjadikan menjadi sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat terhambat pandemi.

Penerbit saat ini sedang mereposisi diri untuk tetap bertahan, walaupun tentunya tidak akan mudah. Sehingga kami membuka saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap mengobarkan semangat literasi di perbukuan.

Saluran-saluran digital dapat menjadi alternatif untuk tetap berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Kami mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.

Kita para pembaca  dapat mencoba menawarkan naskah ke semua penerbit, karena pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka lebar. Yang menyulitkan adalah proses produksi dan pemasarannya..

 Semoga ke depan, Toko Buku, Aktifitas Belajar Mengajar kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali menggeliat.

Pak Edi memberaikan saran tetap mengirimkan usulan naskah ke penerbit-penerbit baik skala mayor maupun minor. Karena peluang itu akan selalu ada.

Ingat kembali bahwa sebagai guru.. bapak ibu dituntut untuk menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku yang ber ISBN, supaya ilmu bapak-ibu tidak hilang ditelan jaman.

 Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis. Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju. Sukur-sukur bapak ibu tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit. Akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.

Demikian pemaparan Pak Edi, beliau diakhir sesinya memohon maaf apabila ada yang kurang berkenan. Serta memberaikan salam sehat dan sukses selalu bagi semua peserta

CERPEN

  PENGALAMAN ANEH SELAMA UMROH 1. mayat  berjalan di atas kepala Cerita-cerita yang mengejutkan atau yang sedikit aneh kerap terjadi ketika ...